Selasa, 30 April 2013

Semangat inspiratif dari buku KUBIK LEADERSHIP (karya Farid Poniman-Indrawan Nugroho-Jamil Azzaini).


Sebuah cerita inspiratif yang sangat saya dapatkan pada buku 'kubik leadership'...

Ringkasan dari sambutan Steve Jobs, CEO Apple Computer dan Pixar Animation Studios, dalam sebuah upacara wisuda pada tanggal 12 Juni 2005.

Saya diberi kehormatan untuk bersama kalian di hari pertama di salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah lulus kuliah. Bahkan sesungguhnya inilah saat terdekat saya terlibat dalam upacara wisuda. Hari ini saya ingin berbagi tiga cerita dalam kehidupan saya.

Cerita pertama adalah mengenai menghubungkan titik-titik. Saya putus kuliah dari Reed College setelah 6 bulan pertama, tapi saya tetap ada di kampus selama 18 bulan berikutnya sebelum saya benar-benar berhenti. Saat itu saya memutuskan untuk mengambil kelas kaligrafi. Saya belajar tipe tulisan serif dan san serif, tentang memvariasikan jarak antara kombinasi huruf yang berbeda, tentang apa yang membuat para tipografis hebat menjadi hebat. Tidak ada satupun dari yang saya pelajari itu sepertinya akan bermanfaat dalam kehidupan saya.

Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami merancang komputer Macintosh pertama, semuanya saya ingat kembali. Hasilnya, Mac menjadi komputer pertama dengan tipografi yang indah. andai saya tidak pernah putus kuliah dan kemudian ikut kelas kaligrafi, maka Mac tidak akan punya beragam tulisan atau huruf yang berjarak dengan proporsional. Dan karena Windows hanya meniru Mac, sepertinya tidak ada PC yang akan memiliki tipografi indah.

Tentu saja, tidak mungkin menghubungkan titik-titik itu ke masa depan saat saya masih di kampus. Tapi terlihat sangat-sangat jelas jika ditinjau sepuluh tahun kemudian. Jadi kita harus percaya bahwa titik-titik itu suatu saat akan terhubung di masa mendatang. Kita harus percaya pada sesuatu - insting, takdir, kehidupan, karma, apalah. Pendekatan ini tidak pernah mengecewakan saya, bahkan telah membuat semua perubahan dalam kehidupan saya.

Cerita kedua saya adalah mengenai cinta dan kehilangan. Saya merasa beruntung, karena saya menemukan apa yang sangat ingin saya lakukan dalam hidup sejak usia yang sangat muda. Woz dan saya memulai Apple di garasi orangtua saya saat saya berumur 20 tahun. Kami bekerja dengan keras, dan dalam 10 tahun Apple telah berkembang dari hanya kami berdua di garasi menjadi sebuah perusahaan senilai 2 milyar dolar dengan lebih dari 4.000 pegawai. Kami baru saja meluncurkan karya terbaik kami - Macintosh - setahun yang lalu, dan saya baru saja berusia 30. Kemudian saya dipecat.

Apa yang telah menjadi fokus kehidupan saya telah hilang dan itu sangat menyakitkan. Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya lakukan selama beberapa bulan. Tapi secara perlahan ada suatu yang mulai terpikirkan. Saya telah ditolak, namun saya masih mencintai apa yang saya kerjakan. Jadi saya memutuskan untuk memulai lagi. Saya tidak sadar saat itu, tapi ternyata dipecat dari Apple merupakan hal terbaik yang pernah terjadi dalam diri saya. Beban berat menjadi sukses digantikan dengan perasaan enteng menjadi orang baru lagi. Hal ini membebaskan saya untuk memasuki salah satu periode paling kreatif dalam kehidupan saya.

Selama lima tahun berikutnya, saya memulai sebuah perusahaan bernama NeXT dan sebuah perusahaan lain bernama Pixar, yang kini menjadi studio animasi paling sukses di dunia. Dalam salah satu peristiwa yang luar biasa, Apple membeli NeXT, saya kembali ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung kehidupan Apple.

Dipecat dari Apple memang sebuah pil pahit buat saya, namun saya pikir memang ini diperlukan. Terkadang kehidupan memukul kita dengan sangat keras. Jangan hilang kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus bertahan adalah saya mencintai apa yang saya lakukan. Kalian harus menemukan apa yang kalian cintai, dan satu-satunya cara untuk menghasilkan sesuatu yang luar biasa adalah mencintai apa yang kalian lakukan.

Cerita saya yang ketiga adalah mengenai kematian. Mengingat bahwa saya akan mati suatu saat nanti adalah hal yang paling penting yang saya temukan untuk menolong saya membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup. Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosa mengidap kanker. Para dokter memberitahu saya bahwa hampir dipastikan ini jenis kanker yang tidak dapat disembuhkan, dan harapan hidup saya hanya enam bulan lagi. Tapi kemudian saya menjalani operasi dan baik-baik saja hingga saat ini. Itu adalah saat terdekat saya menghadapi kematian, dan saya berharap hanya itulah hingga beberapa dekade mendatang.
Karena sudah melalui tahapan ini, saya bisa lebih yakin mengatakan bahwa kematian adalah sebuah konsep yang berguna dan murni intelektual. Kematian adalah agen perubahan kehidupan. Ia memberikan jalan untuk yang baru dengan menyingkirkan yang lama. Kali ini yang baru adalah kalian, namun suatu hari tidak lama dari sekarang, kalian akan menjadi tua dan tersingkirkan. Waktu kalian terbatas, jadi jangan habiskan dengan hidup dalam kehidupan orang lain. Jangan diperangkap oleh dogma. Jangan biarkan opini orang lain mengaburkan suara hati kalian. Dan yang terpenting, milikilah keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisimu.

Ketika saya masih muda, ada sebuah terbitan luar biasa bernama Katalog Seluruh Dunia, seperti Google dalam bentuk buku 35 tahun sebelum Google muncul. Buku itu dilengkapi dengan alat bantu yang keren dan catatan yang bagus. Di halaman belakang edisi terakhir mereka, ada sebuah foto mengenai jalan perkampungan waktu dini hari, jalan yang mungkin akan kalian ikuti jika suka berpetualang. Di bawahnya ada kata-kata ”Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh”. Itu adalah pesan perpisahan mereka sebelum mereka pergi. Dan saya selalu berharap hal itu untuk saya sendiri. 
Dan sekarang, kalian para lulusan baru, saya mengharapkan itu untuk kalian.

”Tetaplah lapar. Tetaplah bodoh.”

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar